Bagai Bayangan Mata Dewa : Dunia Dalam Mitos Minahasa

Setelah putri yang bakal disebut Lumimuut terdampar di suatu pantai, seorang tua menghampiri dirinya. Ia nyaris memastikan bahwa kini dirinya yang koya itu telah jasa. Bayangan sosok kusut di depannya membuat ia terhenyah sadar, Putri tiba-tiba diterpa rasa takut yang amat sangat kalau mungkin saat ini ia telah direnggut kematian. Bayangan yang terlihat ketika itu adalah pemandangan yang tak pernah nampak di manapun semasa di negerinya.

Sosok asing yang tanpak ini sepertinya telah membangkitkan ketakutan yang amat sangat, mungkin saja karena disebabkan oleh rasa bersalah yang tak terhingga oleh terjadinya peristiwa penghianatan dirinya terhadap ayah handanya.

Melihat wujud dengan pakaian yang aneh itu, Putri pastikan ia kini telah berada di luar alam fana.
Bathinnya terasa sesak dan bimbang saat tiba-tiba putri merasa berada di alam lain, karena ia mengira mungkin saja sedang menjalani proses penitisan gaib yang buruk. Ia kini menyesali bahwa sesungguhnya waktu itu ia tak perlu menyangkali perintah orang tuanya dan tak menyeret orang lain jadi korban kemurtadtannya, sehingga kini kemungkinanya dewa akan menghukumnya? Putri kini sangat peka menilai segala sesuatunya oleh troumatiknya terhadap pengalaman-pengalaman yang dilalui. Ia kini mulai ditekan untuk menyalahi dirinya sendiri dengan bayang-bayang perbuatanya, yang telah menjadi dasar dari rasa berdosa terhadap apa yang memang harus diperbuatnya dan memang seharusnya dilakukan itu, walau ia sendiri mengenyam penderitaan seperti ini. Banyak tuduha yang ia lontarkan terhadap diri sendiri ketika ia berada di puncak penderitaanya. Sementara ia kini memang sedang melampaui tantang kisah hidup yang pahit dan sulit.


Dirasakan dirinya tak berguna dan tak mempunyai arti apa-apa. Ia ingin mati. Tapi jika ia teringat janin bayinya selalu saja akan membuatnya terdorong untuk terus bertahan hidup dari jurang kesulitan yang terdalam dan rapuh ini, ia kemungkinan tak henti untuk bangkit mendoakan diri sendiri di hadapan para dewa. Dan ia pun meminta jawaban pasti “apa maksud“ dari semua yang sekarang diperhadapkan dengan dirinya. Kalau saja benar-benar ini bukanlah sebuah mimpi buruk, ia akan bersyukur. Dan memang semua ini bukanlah Cuma khayal atas sebuah mimpi yang telah membingungkanya, melainkan karena sedang berlangsungnya proses kenyataan yang tak harus terelak dari mata dan pengalaman diri. Takdirlah yang kejam sedang menerpanya.

Kepekaan yang muncul daam dirinya, disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang baru di lalui. Putri kini gampang disulut rasa curiga dan mudah duhanyutkan rasa takut yang amat sangat, sehingga melihat pancaran mata orang tua yang memandangi dirinya, sepertinya itu mata dewa yang mampu menembus tajam sampai di sela kedalaman relung jiwa, terasa sakit dan tidak menyenangkan. Itu adalah mata yang kotor yang telah menjelma ke dalam tubuh yang pucat pasi dan kurus. Sebenarnya Putri seolah telah menuduh orang tua yang sama malang dengannya itu adalah jelmaan dewa.
Putri raja  yang bernama Lu Ming ini akan di ubah namanya Lumimuut oleh orang tua itu. Sebaliknya orang yang kemudian berkenan dianggap sebagai orang tuanya akan dipangilnya Karema. Kehadiran
Karema telah turut membuat Lumimuut merasa terlepas dari sengsara yang hampir-hampir merenggut langkah detak-detak nafasnya. Ternyata memang ada rasa saling ketergantungan dan memerlukan diantara mereka.Kedua saling menyapa. Bersama-sama mulai menapak langkah kehidupan baru di tempat di mana mereka telah dihempas oleh badai, mereka terdampar di tempat ini, di suatu bentang daratan yang luas, sangat terasing dan menghampar sebagai “Tanah Anugerah“.
Pribadi dan penampilan Karema sebagai orang yang menyatakan kebaikan hati nya itu, telah menampakan salah satu nilai yang datang dari “seolah ia berasal dari wujud dunia khayangan“ yang gaib. Kehadiran Karema mula-mula, sudah menciptakan dugaan kuat dan keyakinan sang Putri, bahwa Karema adalah wujud yang telah mewakili para dewa untuk menolong dan datang melidungi dirinya.

Saat itu kemudian Karema tiba-tiba jadi setara sengan keagungan para dewa, seolah ia adalah “mata dewa“ yang selalu dapat menembus tembok langit sampai ke bumi hingga kehati dan pribadi manusia yang penuh dengan rahasia persoalan diri.ini termasuk karena Karema mengetahui segala masalah atau persoalan dalam hidup dan langsung seolah menuding perbuatanya. Orang tua yang arif dan dianggap sakti itu, telah menjadi simbol segala kebaikan dan kehormatan tertinggi untuk derajat seorang wanita. Karema dihormati sebagai seorang ibu di atas derajat Lumimuut kelak akan sebagai seorang ibu.

Karena diketahui Karema adalah seorang jelmaan dewa, Lumimuut enggan lagi mendesak siapa diri sosok seorang Karema yang sebenarnya. Ini tak mungkin di persoalkan lagi dan mungkin tidak akan terungkap untuk selamanya. Malah Lumimuut telah bersumpah mengabdikan dirinya, ia akan selalu menuruti kehendak dan perintah Karema untuk membalas semua budi kebaikannya. Tapi akankah Karema terus menjadi tabir baginya? karena ia sendiri tahu tidak akan bertanya lagi untuk selamnya, hingga mungkin sampai pada keturunanya yang penghabisan.

Yang diketahui Karema, bahwa dari darahnya telah mengakar tunas pertumbuhanya kedalam diri Lumimuut. Jika yang lahir adalah seorang bayi perempuan, ia berjanji kan membeberkan semua semua tentang drinya yang selama itu ia tutupi, namun jika yang lahir seorang anak laki-laki, tabir yang menjadi kabut rahasia dirinya itu akan terus semua bagi seumur hidup Lumimuut.

Karema adalah yang menjadi inti penyebaran orang Mongol keberbagai pelosok kawasan Bumi. Persoalan pokok terhitung bukan bersumber dari dirinya saja, melainkan terkait erat dengan seorang
keturunannya yang terakhir. Keturunannya itu adalah cucunya sekaligus pernah sebagai tumpuan harapan yang kemudian tewas oleh titah kemurkaan tangan salah seorang penguasa perbatasan Tiongwan yang geram.

Janin yang ada di tubuh Lumimuut, merupakan bentuk dari hasil hubungan Lumimuut atau putri raja  itu denngan cucunya. Adalah juga hasil penghianatan Lumimuut sebagai seorang anak terhadap ayah yang memaksakan kehendak yang nyata-nyata tidak diterima dan bertentangan  dengan hati nurani putrinya, Lumimuut. Janin yang ada titisan darah Karema, telah membuat harapan baru bagi dirinya dan nyalakan api semangatnya. Ia sudah layu dan terkulai bagai bunga Mongol yang diterpa terik dan debu, tapi kemudian ia di bangkitkan kembali oleh siraman air sejuk yang membersit dari janin manusia keturunanya. Membuat kini ia dapat sepenuhnya menggantungkan harapan di langit-langit yang masih menjadi bayang-bayang misteri.

Ia  sebelumnya  telah  menempuh  jalan apa saja, kelak untuk membuktikan  nanti anugerah besar para dewa. Itulah yang telah mewajibkan diri mengawalkan perlindungan bagi Lumimuut dari malapetaka apapun. Ia telah menawarkan nyawa sendiri. Di atas rakit, badai alam telah  menghentar mereka bersama kedahsyatannya, lalu hilang tertelandi pengujung  bumi yang tak diketahui.
Penantian terhadap Karema yang tak pernah kunjung pulang ke Mongol, membuat segelintir orang Mongol, berkelompok-kelompok melakukan pencarian jejaknya; dari menyusur hutan pedalaman Tiongwan hingga ke lautan es Alaska.  Tak pernah kembali. Merekalah yang kutub memburu rusa-rusa.

Pada waktu masa depan Putri membentang di hadapannya, banyak keturunannya yang berjejal-jejal  memasyurkannya  sebagai titik embun yang keluar dari kekuatan sebuah karang di saat tembaga fajar mulai menguning, ia bercahaya menyinari pagi. Dan ia menjadi titik indah embun-embun di atas daun talas dan kuncup-kuncup bunga mekar dan bagus, mengharumi tepian pantai seberang di tempat ia terdampar dengan wewangian ufuk timur. Kemasyhurannya akan melebihi kemuliaan batu-batu permata di anting-anting perak perhiasan dunia, tembaga, di relif-relif, emas, mitos, giok dan gadis-gadis khayangan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Sangihe: Madunde Dan Pahawo

Pelurusan Sejarah Manado

Tari Mahamba Bantik