Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2008

Komentar terhadap Inskripsi Guratan Batu Pinabetengan

Gambar
Beberapa bulan yang lalu ( 24 Juli 08' ) artikel pak Jessy Wenas, tertanggal 18 Juli dengan judul ”Inskripsi guratan gambar batu Pinabetengan”, dibawa kepadaku langsung oleh Pak Jessy Wenas dan pak Joutje. Pada waktu itu pak Jessy memberikan komentar : ” Ini tulisan budayawan yang pasti be rbeda dengan seorang Ilmuwan. Angan-angan budayawan bisa mengembara ke sana-sini ”. Dan memang benar, membaca tulisan ini memaksa otak Saya untuk ikut menelusuri pengembaraan angan-angan pak Jessy, sampai akhirnya Saya pusing kepala, belum sampai tujuh keliling. Dan Saya bertanya-tanya mengapa sampai kepala Saya menjadi pusing?. Bisa jadi karena apa yang Saya harapkan dari judul artikel ini tidak dapat kutemukan kejelasannya sampai pada akhir makalah ini ( kalau bisa disebut ’makalah’ atau lebih tepat ’guratan’). Memang cara pendekatan... ....... Komentar dari Dr. Paul Richard Renwarin (Antropolog) Selanjutnya

PAGI GERIMIS DI KAYUUWI

PAGI GERIMIS DI KAYUUWI PAGI GERIMIS DI KAYUUWI SETELAH TAHUN-TAHUN .......... Sebuah puisi karangan Beni Matindas dan dibacakan oleh Benny Jozua Mamoto Selanjutnya...

Apa Kata Mereka?? (Terompet MURI)

Gambar
Apa Kata Mereka?? “O rekei pe besar sekali ini trompet. Kong siapa dang yang mo tiup ini,” decak kagum Oma Lentji Tumengkol, ketika melihat Trompet Raksasa Kontra Bas Musik Bambu Klarinet yang terpajang di depan Kantor Bupati Minahasa Selatan Kota Amurang. Bagi Oma 3 cucu asal Kakas ini, seumur hidup ia tak pernah melihat trompet sebesar ini. Ia bersyukur bisa melihat pemandangan ini. Kita akan mengajak kita pe cucu mo pasiar kemari. Nampaknya Trompet Raksasa hadiah Panitia Festival Seni Budaya Sulawesi Utara bagi pengembangan seni budaya dan HUT Minahasa Selatan makin ramai dikunjungi...... Selanjutnya...

Dalam kesunyian...Sang Maestro Kabasaran di panggil Tuhan

Gambar
Lodwyk Dirk Ngantung – Om Owik Dalam kesunyian...Sang Maestro Kabasaran di panggil Tuhan Di kala Bangsa Indonesia memperingati 80 Tahun Sumpah Pemuda, Komunitas Seni Budaya Sulawesi Utara kehilangan seorang Maestro Tari Kabasaran: Lodywik Dirk Ngantung, atau sering disapa Om Owik meninggal di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon pada subuh Selasa 28 Oktober 2008. Almarhum yang dilahirkan pada 29 Juni 1929, dimakamkan pada Kamis 30 Oktober 2008 di Pemakaman Paslaten Tomohon. ”Papa kena stroke sejak 1 Agustus 2008. Dan sejak itu tak sadarkan diri sampai dipanggil Tuhan,” jelas Well Ngantung, salah seorang anaknya. Almarhum meninggalkan 8 orang anak dari pernikahan dengan Pinaria Lolong pada tahun 1955. Sebelum di makamkan, almarhum ditandu dari rumah duka oleh aparat Kelurahan dan di iringi oleh barisan Tari Kabasaran, disemayamkan di kantor kelurahan Paslaten sebagai penghormatan pengabdiannya sebagai Pala (Kepala Jaga) dan Mawateng (Rukun Tetangga) selama 40 Tahun di desa tersebut. Om

PETUNJUK TEKNIS PEKAN RAYA KAWANUA (Jakarta, 24-31 januari 2009)

1. “LOMBA TARI MAENGKET TINGKAT NASIONAL” a. Setiap kelompok Maengket terdiri dari 12 pasang penari + kapel + penabuh + pembawa vandel b. Penari harus pria dan wanita dan tidak dibenarkan penggantian peran wanita jadi pria atau sebaliknya c. Penabuh max. 5 orang dan alat musik tambur dan bisa ditambah dengan momongan dan tetangkoren. d. Kostum harus menggunakan busana nuansa Minahasa e. Kelengkapan kostum : i. Wanita : menggunakan konde pingkan, 1 lenso dan asesoris lain ii. Pria : ikat kepala, ikat pinggang, dan 1 lenso iii. Kapel : 2 lenso f. Peserta tidak diperkenankan... Selanjutnya