Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2012

Makna ”Minahasa”

Gambar
Data yang tersedia menunjukan, sampai sejauh ini, belum ditemukan sumber lain yang dapat menjelaskan siapa orang pertama yang menggunakan nama Min(a)hasa. Nama min(a)hasa ini sendiri, untuk pertama kalinya ditemukan dalam berkas laporan yang diduat oleh bekas Residen Manado, J.D. Schierstein. Berkas laporan ini tertanggal 8 Oktober 1789 yang ditulisnya untuk Gubernur Alexander Cornabe yang kala itu berkedudukan di Maluku. Hanya dalam laporan  itu ditemukan “kata min(a)hasa” yang kini digunakan sebagai simbol kebudayaan dan wilayah-administratif  orang Minahasa. Bila kita bandingkan pemaknaan kata min[a]hasa antara orang Minahasa yang terlahir abad ke 17 dan ke 18, dengan generasi seputaran abad ke 20 dan  21, kutipan berikut dapat menunjukan bedannya: “Bersama ini saya mengambil kebebasan untuk melaporkan dengan hormat kepada Paduka Tuan, bahwa “minhasa” atau musyawarah para ukung pada tanggal 1 bulan ini, telah menyelesaikan pertikaian antara Bantik dan Tateli menurut adat-istia

Pembentukan Jatidiri Masyarakat Sulut Melalui Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Daerah

Gambar
Seni budaya Daerah banyak mengandung nilai-nilai luhur, diantaranya kearifan-kearifan lokal yang sangat relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun dibalik keluhuran nilai itu, banyak pengalaman menunjukan bahwa perilaku hidup yang baik telah banyak dilupakan oleh pemiliknya. Akibatnya apabila terjadi sedikit gesekan, kita sudah saling membenci dan kehilangan kesetiakawanan. Situasi yang kurang tentram dan kurang nyaman menyelimuti kehidupan bermasyarakat dewasa ini salah satunya disebabkan oleh hilangnya kearifan hidup dan rasa saling menghormati satu sama lain. Situasi ini sementara kita rasakan bersama dibeberapa tempat di Indonesia baik konflik sosial maupun dalam peristiwa main hakim sendiri sehingga tindakan membunuh orang bukan lagi sesuatu yang luar biasa. Berbagai permasalahan, apakah itu bidang ekonomi, politik, hukum dan lain-lain yang telah meresahkan masyarakat diakibatkan oleh perbedaan antara harapan dan kenyataan / realita yang ada. Upaya

Ikrar Kesetiaan Membangun Karakter BANGSA

Gambar
Pergelaran / Pertunjukan Adat tidak saja sekedar refleksi budaya  masa lampau, tetapi dapat pula dipahami sebagai manifestasi kehidupan manusia masa kini. Dengan demikian maka, setiap aktivitas budaya termasuk pergelaran/pertunjukan upacara adat di watu Pinawetengan, watu Tumotowa, pergelaran seni dan pawai budaya setiap tanggal 7 Juli ini menjadi wahana pembelajaran sekaligus menjadi cerminan nilai yang dapat dimaknai dalam kehidupan manusia dari hari ke hari. Dalam kaitan dengan pemaknaan inilah kita bangun karakter Bangsa melalui pembentukan Jatidiri masyarakat Sulawesi Utara kedalam Bingkai Budaya MAESA-ESAAN, MESAWA-SAWANGAN, MALEO-LEOSAN.