Pembentukan Jatidiri Masyarakat Sulut Melalui Aktualisasi Nilai-Nilai Luhur Budaya Daerah


Seni budaya Daerah banyak mengandung nilai-nilai luhur, diantaranya kearifan-kearifan lokal yang sangat relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun dibalik keluhuran nilai itu, banyak pengalaman menunjukan bahwa perilaku hidup yang baik telah banyak dilupakan oleh pemiliknya. Akibatnya apabila terjadi sedikit gesekan, kita sudah saling membenci dan kehilangan kesetiakawanan.

Situasi yang kurang tentram dan kurang nyaman menyelimuti kehidupan bermasyarakat dewasa ini salah satunya disebabkan oleh hilangnya kearifan hidup dan rasa saling menghormati satu sama lain.

Situasi ini sementara kita rasakan bersama dibeberapa tempat di Indonesia baik konflik sosial maupun dalam peristiwa main hakim sendiri sehingga tindakan membunuh orang bukan lagi sesuatu yang luar biasa.

Berbagai permasalahan, apakah itu bidang ekonomi, politik, hukum dan lain-lain yang telah meresahkan masyarakat diakibatkan oleh perbedaan antara harapan dan kenyataan / realita yang ada. Upaya mencari solusi sering terhambat oleh perbedaan pandangan dan interpretasi yang sulit dirukunkan.

Sesuatu yang paling berbahaya bila tidak mendapat apresiasi adalah apa yang dinamakan “proses”. Proses untuk menjadi manusia beradab itu cukup lama dan berliku-liku. Demikian proses menjadi orang jahat juga cukup lama dan cukup berbahaya untuk dipelajari sehingga orang lain tidak menjadi jahat.

Seandainya orang-orang mempunyai apresiasi terhadap proses tadi, tentu tidak mudah memukuli orang sampai tidak berdaya, disiram bensin dan dibakar dengan iringan sorak sorai gembira.

Pertanyaan sekarang adalah : “ Apakah masyarakat kita sekarang ini sudah tidak mempunyai daya apresiasi sama sekali”?   Jawabnya : “ sebenarnya masih ada “. Yang sama sekali hilang adalah daya “Imajinasi”, sehingga mereka  sangat sulit untuk mengimajinasikan proses itu.

Proses adalah benda abstrak yang panjang dan berliku-liku sehingga sulit untuk diimajinasikan. Jika kita ingin membangun kemampuan apresiasi, maka yang harus ditumbuhkan adalah kemampuan imajinasi. 

Bila kemampuan imajinasi kita bagus, dengan mudah kita memperoleh gambaran tentang hal-hal  rumit yang dibutuhkan manusia beradab. Dari imajinasi itulah kita akan segera memutuskan apakah sesuatu pantas diapresiasi atau tidak. Seperti halnya proses, maka kearifanpun merupakan Software manusia yang sangat dibutuhkan sebagai syarat untuk menjadi beradab. Kearifan dan keberadabanpun merupakan benda abstrak yang memerlukan kemampuan imajinasi agar menjadi gambaran nyata sehingga dapat diapresiasi.

Seni budaya Daerah banyak mengandung nilai-nilai luhur, diantaranya kearifan-kearifan lokal yang sangat relevan untuk diimplementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun dibalik keluhuran nilai itu, banyak pengalaman menunjukan bahwa perilaku hidup yang baik telah banyak dilupakan oleh pemiliknya. Akibatnya apabila terjadi sedikit gesekan, kita sudah saling membenci dan kehilangan kesetiakawanan.

Situasi yang kurang tentram dan kurang nyaman menyelimuti kehidupan bermasyarakat dewasa ini salah satunya disebabkan oleh hilangnya kearifan hidup  dan rasa saling menghormati satu sama lain.

Situasi ini sementara kita rasakan bersama dibeberapa tempat di Indonesia baik konflik sosial maupun dalam peristiwa main hakim sendiri sehingga tindakan membunuh orang bukan lagi sesuatu yang luar biasa.

Berbagai permasalahan, apakah itu bidang ekonomi, politik, hukum dan lain-lain yang telah meresahkan masyarakat diakibatkan oleh perbedaan antara harapan dan kenyataan / realita yang ada. Upaya mencari solusi sering terhambat oleh perbedaan pandangan dan interpretasi yang sulit dirukunkan.

Mengacu pada tema Pertunjukan dan pergelaran upacara adat yang kita laksanakan di Pergeleran Upacara Adat yakni “ MEMBANGUN KARAKTER BANGSA, MEMBENTUK JATIDIRI”, saya mengajak kita semua untuk memulai dari diri kita sendiri, dalam lingkungan keluarga. Dari sanalah kita akan menjadi pola anutan dilingkungan masyarakat dimana kita berada.

Mungkin masih perlu perenungan mendalam jika sebagian pakar menyatakan bahwa “ kondisi yang tak menentu dewasa ini disebabkan karena masyarakat kita sudah tidak ada lagi pemimpin yang menjadi panutan”. Masing-masing menentukan sendiri apa yang mereka buat sehingga orang-orang semakin tidak beradab. Celakanya lagi jika dirinya sendiri tidak dapat dijadikan panutan untuk kehidupannya sendiri secara beradab.

Kalau dulu, setiap orang tua yang melepas anaknya pergi merantau berpesan agar “ jangan mempermalukan “ atau “ Jagalah nama baik “  karena apabila anak itu berbuat aib, maka aibnya akan menjadi aib orang tuanya atau keluarganya dan seterusnya akan menjadi aib warga desanya/kampungnya.

Seseorang yang melakukan kesalahan menurut adat akan dicela oleh warga masyarakat seperti pada ungkapan “ Tidak tahu Adat, Reikan Pinaturu ( Tombulu ), Dai metau nadat ( tonsea ), Ca sininyau ( Tontemboan ), Dei Pinaturu (Toulour) dan seterusnya pada setiap sub etnis.

Semoga Pertunjukan/pergelaran Upacara adat setiap tanggal 7 juli akan lebih mencerahkan kita betapa pentingnya menumbuhkan imajinasi bagi sebuah proses menuju apresiasi kehidupan sebagai Anugerah Tuhan Yang maha Kuasa, Terima kasih.

PAKA TUAN WO PAKALAWIDEN


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Sangihe: Madunde Dan Pahawo

Pelurusan Sejarah Manado

Tari Mahamba Bantik