Postingan

Pergulatan Seni-Budaya Benny Josua Mamoto Dari Tanah Toar Lumimuut Merambah Dunia

Gambar
Ia bukan seniman atau budayawan. Ia seorang abdi Bhayangkara, tapi pergulatannya ‘’mengangkat’’ nilai-nilai seni-budaya dari tanah Toar Lumimuut telah menembus ‘’tembok tebal’’ dunia. Menelusuri jejak Benny Josua Mamoto, saya menemukan dua kisah yang paradoks. Dalam kesehariannya sebagai Pamen Polri, ia (tentu) ia lebih dekat dengan ‘’sengkarut-marut’’ dunia hukum. Namun, di sisi yang berbeda, ia juga getol menggagas aneka hajatan untuk mengangkat ‘’keagungan’’ seni-budaya leluhur Tau Minahasa. Lewat Institut Seni-Budaya Sulut, lembaga yang didirikannya, ia seperti tak pernah kehabisan ide dan semangat; meracik aneka iven untuk mengangkat keluhuran seni-budaya Minahasa, yang sebagian sudah lama terkubur di perut zaman. Semua kerja keras dan kerja cerdas yang ia lakoni ---tanpa berpikir meraup laba--- , akhirnya bertuah apresiasi dari banyak pihak, meski harus diakui masih ada ‘’seglintir’’ manusia yang ‘’nyinyir’’ (mungkin karena iri) dengan kiprahnya. Tapi, Mamoto terus bergerak, m

Benny Josua Mamoto

Gambar
SI TUAMA LE’OS DARI NEGERI KAWANUA PENUH GELISAH KALU NYANDA’ CIPTAKAN REKOR MURI DAN GUINNESS WORLD RECORDS Oleh : Arie Tulus Sosok yang satu ini, sudah tak diragukan lagi kapasitas, dan komitmennya memberi diri untuk mengabdi dalam bidang seni budaya di daerah Sulawesi Utara. Sebagai bukti utama yang tak bisa lagi dipungkiri, Benny Josua Mamoto (BJM) telah mendirikan sebuah wadah yang bernama Institut Seni Budaya Sulawesi Utara (ISBSU) dengan program-program dan kegiatannya yang spektakuler bukan hanya mewarnai langit di ujung utara pulau Celebes, tapi sudah bernyanyi di jagat raya dunia internasional. “Saya hanya menjalankan amanat dari orang tua terutama dari ayah, untuk pulang kampung dan bangun daerah ini melalui seni dan budaya”. Begitu kata Komisaris Besar Polisi yang bergelar Doktor di bidang ilmu hukum dan kriminalitas, yang sampai detik inipun tampaknya tak bisa tidur lelap, pabila apa-apa yang telah melintas di dalam benaknya belum tertata rapih melalui sebuah rencana kerja
cek website GWR cek gambar di website GWR

PEKAN RAYA KAWANUA, SUKSES !!

Pekan Raya Kawanua yang diselenggarakan kali ini terbilang sukses. Panitia yang di ketuai oleh Benny J. Mamoto mengundang sebagian besar masyarakat Kawanua yang berada di Jakarta dan sekitarnya untuk dapat hadir dan berpartisipasi. Tanggal 27 bertempat di Kampus ASMI Jl. Pacuan Kuda dan Tanggal 28 (Sportmall Kelapa Gading jarta Utara), berikut adalah para peserta dan perincian hasil dari lomba yang dicapai : DAFTAR PESERTA KOLINTANG : A. KATEGORI PEMULA KOLINTANG NOMOR NAMA GRUP 1 MATUARI TUMPAAN Jr 2 TUMARENDEM STELLA MARIS TOMOHON 3 SMP Kr. WOLOAN TOMOHON 4 TUNAS RAMINDOS IKR JAKARTA TIMUR B. KATEGORI WANITA KOLINTANG NOMOR NAMA GRUP 1 "BINA IMAN REMAJA" St. YAKOBUS 2 MAWAR MERAH JAKARTA PUSAT Selanjutnya...

INFORMASI ACARA PRK (Updated)

Sehubungan dengan rencana pelaksanaan lomba tingkat nasional Maengket dan Kolintang di Jakarta yang semula direncanakan tanggal 29-31 Januari 2009, dengan ini Panitia menyampaikan perkembangan situasi cuaca yang memaksa Panitia untuk menunda pelaksanaannya. Adapun alasan dan pertimbangan yang mendasari penundaan tersebut adalah : 1. Prakiraan cuaca yang dikeluarkan oleh Pusat Prediksi Iklim Badan Nasional Kelautan dan Atmosfer Amerika Serikat (NOAA) yang dimuat dalam berita Suara Pembaruan Jumat tanggal 16 Januari 2009 yang pada intinya Selanjutnya...

Tanggapan atas pernyataan Gubernur Sarundajang sebelumnya KAIN BENTENAN: SIAPA JIPLAK SIAPA ?

(Oleh:Joutje Ariel Koapaha: Pemerhati Sejarah/Budaya Minahasa; Dosen UNIMA) Membaca dan mencermati pernyataan Gubernur Sulawesi Utara, bapak Drs. S.H. Sarundajang di halaman depan harian surat kabar Komentar yang terbit Rabu (26/09/2007) dengan judul “Gubernur: Jangan Jiplak Tenunan Kain Bentenan” mengundang penulis untuk menanggapinya karena banyak hal-hal yang belum jelas dan membingungkan. Apalagi pernyataan Gubernur Sarundajang tersebut ditujuhkan kepada para pedagang kain atau siapa saja, yang bila melalukan tiruan atau jiplakan atas karya budaya kain tenun Bentenan, dapat dituntut secara hukum oleh Yayasan Karema. Bagi penulis pernyataan Gubernur dan klaim Yayasan Karema itu masih sangat kabur dan tidak mendasar. Sebab yang namanya kain tenun Bentenan asli, disitu melekat hampir semua etnik Minahasa yang ada sekarang dimana aspek historisnya belum ada kesepahaman dan kesepakatan diantara yang berkompeten. Bahkan hal ini sempat berkembang hangat dalam tanya-jawab peserta se