Postingan

Alm. Lodewijk Ngantung

Gambar
Sebuah profil pelaku seni budaya yg di tulis oleh Recky Runtuwene. "Lodewijk Ngantung Mata hati dan mata tombak Sang Icon Kabasaran" Ketika beraksi matanya jalang, melotot! Ketika berpentas suara nyaring menggelegar: “I Yayat U Santi…!”. Beribu turis telah disambutnya, beratus pejabat telah menyapanya. Dari tangannya lahir beratus penari kabasaran. Sayang, tak secarik piagam penghargaan yang ia dapatkan dari dedikasinya sebagai motivator, pemerhati, maupun pelaku Tari Kabasaran. Yang ada, yang dipajang di ruang tamu rumahnya yang bersahaja adalah Piagam Penghargaan sebagai Petugas Pemilu dari Menteri Dalam Negeri. Padahal, lebih dari separuh hidupnya ia telah dedikasikan untuk kemajuan seni tari kabasaran. Memang, dari pengakuan yang tersimpul dari kalimat yang sederhana, sesederhana jalan hidupnya, ia tak membutuhkan itu.Yang ada hanya sebuah kerinduan: Tari Kabasaran jangan punah dari tanah Minahasa! Diusianya yang ke 78 tahun, ia sudah 52 tahun menari tari simbol keberania

24 Rekor MURI persembahan BJM untuk Sulawesi Utara

Gambar
24 Rekor dari 30 target rekor yang akan dipecahkan : 1. REKOR MURI PAGELARAN MUSIK KOLINTANG DENGAN PESERTA TERBANYAK -Nomor Registrasi MURI: 2668/R.MURI/VII/2007 . Kamis, 2 Agustus 2008 Manado Convention Center (MCC) Kota Manado Sulawesi Utara. 2. REKOR MURI ALAT MUSIK KOLINTANG TERBESAR - Nomor Registrasi MURI: 2669/R.MURI/VII/2007. Kamis, 2 Agustus 2008, Manado Convention Center (MCC) Kota Manado Sulawesi Utara. 3. REKOR MURI MAKAN BIAPONG SERENTAK BERSAMA SEBANYAK 2007 BUAH - No.2788/R.MURI/VII/2007- Lapangan Pacuan Kuda Tompaso, Minahasa 7 Juli 2007. 4. REKOR MURI MENYANYIKAN LAGU-LAGU DAERAH (MASAMPER) SECARA MEDLEY DENGAN JUMLAH TERBANYAK 2007 LAGU. -Nomor Registrasi MURI : 2703/R.MURI/VIII/2007 Pendopo Kabupaten Kepulauan Sangihe (14 s/d 17 Agustus 2007). 5. REKOR MURI .... Selanjutnya...

SULUT-Suatu Rumpun yg mengikat-kuat nan Rukun

“Sulawesi Utara, Suatu Rumpun yang Mengikat-kuat Nan Rukun” Eric MF Dajoh SULAWESI Utara, adalah sebuah keanekaragaman. Etnis, fauna dan flora, serta berbagai potensi bahari yang beragam, kaya dan unik. Mengenal Sulawesi Utara, adalah memahami keanekaragaman kehidupan ciptaan Tuhan: satu rumpun yang mengikat kuat nan rukun. Keanekaragaman etnis di Sulawesi Utara, menghadirkan suku Bolaang dan Mongondow, Sangihe dan Talaud, serta Minahasa: beragam bahasa namun dalam rumpun dialek yang sama. Begitu juga kekayaan flora dan fauna. Di atas jazirah itu... Selanjutnya...

STRATEGI PENGEMBANGAN SENI BUDAYA

Benny Matindas Pengembangan seni budaya dapat diartikan sebagai: A. Pengembangan Kesenian dan Kebudayaan B. Pengembangan Kesenian dalam rangka memajukan Kebudayaan [Penelitian iptek di kampus dan laboratorium dpt digolongkan “pengembangan kebudayaan” – A ] [Pembahasan kita menggunakan pendekatan B.] Perlunya STRATEGI (Man Made), Bukan ALAMIAH karena KEBUDAYAAN itu sendiri adalah “man made”, dibedakan dgn semua kekayaan selanjutnya ...

SEJARAH MUSIK KOLINTANG

Gambar
Kolintang merupakan nama alat musik gong perunggu abad 17 di Sulawesi Utara, Sumatra dan Filipina Selatan yang tersebar melalui perdagangan antar pulau melalui jalur perdagangan sutra. Pusat perdagangan Internasional adalah Ternate dan Tidore sebagai penghasil rempah-rempah pala dan cengkih. Jalur perdagangan selatan dari pantai Timur India pelabuhan Cambaya, Sumatra Utara, Malaka, pantai Utara pulau Jawa lalu ke Ternate Tidore. Jalur perdagangan Utara dari India ke Malaka, Brunei, Filipina selatan, Sulawesi Utara, lalu ke Ternate dan Tidore. Kolintang gong kemungkinan telah tiba di Minahasa melalui Ternate dari kerajaan Majapahit (1350-1389) yang armada pelayarannya sudah sampai dikepulauan Sangihe dan Talaud. Yang sudah tercatat dalam buku negara Kartagama ditulis : ”Uda Makat raya dinikanang sanusa pupul” (1*) mungkin juga dari Cina karena pulau Siauw telah tercatat dalam peta pelayaran Cina di buku ” Shun Feng Hsin Sung” ditulis oleh SHAO (2*) awal abad ke

WARUGA DILIHAT DARI KACA MATA SENI BUDAYA

Oleh : Jessy Wenas Waruga termasuk klasifikasi “ Sarkofagus” (kubur batu) terdiri dari dua kata yang menjadi satu WALE-RUGA (Wale = Rumah;Ruga=Roga=Rega=Hancur) Tempat Jenazah hancur menjadi Tulang belulang. Orang Minahasa mengenal dua kali pemakaman, yang pertama sebelum abad ke-5(lima) jenazah dimakamkan dalam Kotak Petih Kayu disebut “ Walongsong “ diletakan di hutan kemudian tulang belulangnya dicuci di sungai dan dimasukkan dalam Kotak Kayu kecil lalu disimpan di (loteng) rumah. Setelah abad ke-5( lima ) tulang belulang dipindahkan ke dalam bejana tanah liat baker yang berbentuk rahim wanita dan di makamkan kedalam tanah seperti yang ditemukan di wilayah selatan Danau Tondano segitiga Kakas, Langoan,Paso. Sesuai pemikiran Minahasa Purba bahwa manusia lahir dari rahim wanita dan meninggal kembali lagi ke rahim wanita yang dalam bentuk bulat lonjong seperti bentuk rahim wanita yang terbuat dari tanah liat bakar yang disebut “kurek”.... selanjutnya

INSKRIPSI GURATAN GAMBAR BATU PINAWETENGAN - MINAHASA

Oleh : Jessy Wenas I. Batu Pinawetengan menurut Cerita Rakyat Ceritera rakyat mengenai adanya batu Pinawetengan di temukan penulis J.G.F Riedel dari cerita rakyat tombulu yang di cetak dalam bentuk buku berjudul "AASAREN TUAH PUHUHNA NE MAHASA" terbit di tahun 1870 dalam bahasa Tombulu. Lokasi tempat batu Pinawetengan pada mulanya hanya disebut tempat berkumpulnya penduduk Minahasa yang terletak di tengah-tengah Tanah Minahasa. Kemudian disebut tempat Pahawetengan Posan, pembahagian tatacara beribadat agama suku. Lokasinya disebuah tempat yang bernama bukit AWOHAN (AWOAN) di Tompaso. Istilah Watu Pinawetengan pada waktu itu belum ada, karena batu suci tempat upacara PAHAWETENGAN POSAN belum ditemukan karena sudah tertimbun dan masuk ke dalam tanah. Kemudian di tahun 1888 pada bulan Juni J.Alb.T. Schwarz seorang pendeta di Sonder membiayai penggalian batu Suci orang Minahasa tersebut, dan bulan Juli 1888 batu itu di temukan lalu lahirlah istilah "Watu Pinawetengan"