Postingan

Komentar terhadap Inskripsi Guratan Batu Pinabetengan

Gambar
Beberapa bulan yang lalu ( 24 Juli 08' ) artikel pak Jessy Wenas, tertanggal 18 Juli dengan judul ”Inskripsi guratan gambar batu Pinabetengan”, dibawa kepadaku langsung oleh Pak Jessy Wenas dan pak Joutje. Pada waktu itu pak Jessy memberikan komentar : ” Ini tulisan budayawan yang pasti be rbeda dengan seorang Ilmuwan. Angan-angan budayawan bisa mengembara ke sana-sini ”. Dan memang benar, membaca tulisan ini memaksa otak Saya untuk ikut menelusuri pengembaraan angan-angan pak Jessy, sampai akhirnya Saya pusing kepala, belum sampai tujuh keliling. Dan Saya bertanya-tanya mengapa sampai kepala Saya menjadi pusing?. Bisa jadi karena apa yang Saya harapkan dari judul artikel ini tidak dapat kutemukan kejelasannya sampai pada akhir makalah ini ( kalau bisa disebut ’makalah’ atau lebih tepat ’guratan’). Memang cara pendekatan... ....... Komentar dari Dr. Paul Richard Renwarin (Antropolog) Selanjutnya

PAGI GERIMIS DI KAYUUWI

PAGI GERIMIS DI KAYUUWI PAGI GERIMIS DI KAYUUWI SETELAH TAHUN-TAHUN .......... Sebuah puisi karangan Beni Matindas dan dibacakan oleh Benny Jozua Mamoto Selanjutnya...

Apa Kata Mereka?? (Terompet MURI)

Gambar
Apa Kata Mereka?? “O rekei pe besar sekali ini trompet. Kong siapa dang yang mo tiup ini,” decak kagum Oma Lentji Tumengkol, ketika melihat Trompet Raksasa Kontra Bas Musik Bambu Klarinet yang terpajang di depan Kantor Bupati Minahasa Selatan Kota Amurang. Bagi Oma 3 cucu asal Kakas ini, seumur hidup ia tak pernah melihat trompet sebesar ini. Ia bersyukur bisa melihat pemandangan ini. Kita akan mengajak kita pe cucu mo pasiar kemari. Nampaknya Trompet Raksasa hadiah Panitia Festival Seni Budaya Sulawesi Utara bagi pengembangan seni budaya dan HUT Minahasa Selatan makin ramai dikunjungi...... Selanjutnya...

Dalam kesunyian...Sang Maestro Kabasaran di panggil Tuhan

Gambar
Lodwyk Dirk Ngantung – Om Owik Dalam kesunyian...Sang Maestro Kabasaran di panggil Tuhan Di kala Bangsa Indonesia memperingati 80 Tahun Sumpah Pemuda, Komunitas Seni Budaya Sulawesi Utara kehilangan seorang Maestro Tari Kabasaran: Lodywik Dirk Ngantung, atau sering disapa Om Owik meninggal di Rumah Sakit Umum Bethesda Tomohon pada subuh Selasa 28 Oktober 2008. Almarhum yang dilahirkan pada 29 Juni 1929, dimakamkan pada Kamis 30 Oktober 2008 di Pemakaman Paslaten Tomohon. ”Papa kena stroke sejak 1 Agustus 2008. Dan sejak itu tak sadarkan diri sampai dipanggil Tuhan,” jelas Well Ngantung, salah seorang anaknya. Almarhum meninggalkan 8 orang anak dari pernikahan dengan Pinaria Lolong pada tahun 1955. Sebelum di makamkan, almarhum ditandu dari rumah duka oleh aparat Kelurahan dan di iringi oleh barisan Tari Kabasaran, disemayamkan di kantor kelurahan Paslaten sebagai penghormatan pengabdiannya sebagai Pala (Kepala Jaga) dan Mawateng (Rukun Tetangga) selama 40 Tahun di desa tersebut. Om

PETUNJUK TEKNIS PEKAN RAYA KAWANUA (Jakarta, 24-31 januari 2009)

1. “LOMBA TARI MAENGKET TINGKAT NASIONAL” a. Setiap kelompok Maengket terdiri dari 12 pasang penari + kapel + penabuh + pembawa vandel b. Penari harus pria dan wanita dan tidak dibenarkan penggantian peran wanita jadi pria atau sebaliknya c. Penabuh max. 5 orang dan alat musik tambur dan bisa ditambah dengan momongan dan tetangkoren. d. Kostum harus menggunakan busana nuansa Minahasa e. Kelengkapan kostum : i. Wanita : menggunakan konde pingkan, 1 lenso dan asesoris lain ii. Pria : ikat kepala, ikat pinggang, dan 1 lenso iii. Kapel : 2 lenso f. Peserta tidak diperkenankan... Selanjutnya

Alm. Lodewijk Ngantung

Gambar
Sebuah profil pelaku seni budaya yg di tulis oleh Recky Runtuwene. "Lodewijk Ngantung Mata hati dan mata tombak Sang Icon Kabasaran" Ketika beraksi matanya jalang, melotot! Ketika berpentas suara nyaring menggelegar: “I Yayat U Santi…!”. Beribu turis telah disambutnya, beratus pejabat telah menyapanya. Dari tangannya lahir beratus penari kabasaran. Sayang, tak secarik piagam penghargaan yang ia dapatkan dari dedikasinya sebagai motivator, pemerhati, maupun pelaku Tari Kabasaran. Yang ada, yang dipajang di ruang tamu rumahnya yang bersahaja adalah Piagam Penghargaan sebagai Petugas Pemilu dari Menteri Dalam Negeri. Padahal, lebih dari separuh hidupnya ia telah dedikasikan untuk kemajuan seni tari kabasaran. Memang, dari pengakuan yang tersimpul dari kalimat yang sederhana, sesederhana jalan hidupnya, ia tak membutuhkan itu.Yang ada hanya sebuah kerinduan: Tari Kabasaran jangan punah dari tanah Minahasa! Diusianya yang ke 78 tahun, ia sudah 52 tahun menari tari simbol keberania

24 Rekor MURI persembahan BJM untuk Sulawesi Utara

Gambar
24 Rekor dari 30 target rekor yang akan dipecahkan : 1. REKOR MURI PAGELARAN MUSIK KOLINTANG DENGAN PESERTA TERBANYAK -Nomor Registrasi MURI: 2668/R.MURI/VII/2007 . Kamis, 2 Agustus 2008 Manado Convention Center (MCC) Kota Manado Sulawesi Utara. 2. REKOR MURI ALAT MUSIK KOLINTANG TERBESAR - Nomor Registrasi MURI: 2669/R.MURI/VII/2007. Kamis, 2 Agustus 2008, Manado Convention Center (MCC) Kota Manado Sulawesi Utara. 3. REKOR MURI MAKAN BIAPONG SERENTAK BERSAMA SEBANYAK 2007 BUAH - No.2788/R.MURI/VII/2007- Lapangan Pacuan Kuda Tompaso, Minahasa 7 Juli 2007. 4. REKOR MURI MENYANYIKAN LAGU-LAGU DAERAH (MASAMPER) SECARA MEDLEY DENGAN JUMLAH TERBANYAK 2007 LAGU. -Nomor Registrasi MURI : 2703/R.MURI/VIII/2007 Pendopo Kabupaten Kepulauan Sangihe (14 s/d 17 Agustus 2007). 5. REKOR MURI .... Selanjutnya...