Peristiwa Di Panggung Tiongwan : Dunia Dalam Mitos Minahasa

Mungkin saja lamaran tersebut tak perlu di tolak, seandainya saja nanti dibalik perkawinan itu tidak dilatar belakangi dengan hal yang keji yang telah bertentangan dengan hatinya. Sebenarnya siapapun yang akan menjadi calon pendamping hidup putri, baginya salah satu haruslah tidak dengan cara sembunyi. Tapi tadinya tanpa diketahui, diam-diam hanya dirinya sendiri, putri telah berdiri di sudut lain ruangan pertemuan istana, menyadap secara rinci “pembicaraan“ rencana yang di dalamnya terkandung bakal bencana negara. Sunggupun ia tak setuju akan hal cilaka itu, tapi tidak perlu hal itu harus mengungkapkan dengan perbantahan, yang penting ia harus mendapatkan cara untuk mengagalkan kerja sama yang buruk itu; antara ayahanda dan raja muda yang dijodohkan denganya “bermaksud mengulingkan tahta kekaisaran yang sah“. Bukanlah keagungan tahta yang pernah melintasi pikiranya, tapi ia menuntut jalanya suatu kebenaran.

Hatinya berontak, awalnya hal ini adalah suatu mimpi buruk, hampir saja tak dapat dibendung apa yang menggilai perasaan itu, bila saja tiba-tiba ia tak disadarkan oleh hal yang bisa mendatangkan bahaya untuk dirinya; bahwa tak harus secepat itu mencetuskan pemberontakan hatinya. Karena jelas cetusanya dapat memperburuk suasana dan dirugikan oleh keadaan yang akan mengundang resiko bagi diri sendiri.
Suka atau tidak, memang ia harus di paksa menerima kehendak ayahandanya. Bersabar tanpa memperlihatkan keanehan, mungkin akan dapat menolongnya kelur dari problem yang kini sudah diperhadapkan. Setidaknya dengan kesabarannya, lebih mungkin dapat mempermudahnya mengatasi masalah peliknya yang akan menghancurkan diri sendiri dan segala sesuatunya.

Dengan memperlihatkan sikap biasa-biasa, pada akhirnya iapun dapat mengatasi dan menjalankan hari-harinya dengan baik, seakan tak pernah ada yang akan terjadi dengan dirinya. Disamping itu ia bisa mencari-cari jalan keluar yang lebih baik, masih beberapa purnama lagi waktu yang tersedia, berarti telah meluangkan kesempatan mencari jalan keluar lebih cemerlang. Bila juga terpaksa, tak ada cara lain yang bisa ditempu, selain menyimpang kearah jalan pendek tanpa harus terbujuk keadaan ataupun oleh pengaruh apapun, sebab tinadakanya hanya nanti karena demi kebaikan semua pihak. Ia akan mencari jalan tempuh yang lebih selamat dan bijaksana, tapi sebaliknya  “tidak“ bila terjadi pemaksaan atau karena kekerasan yang akan menekannya terang-terangan. Mungkin saja dengan demikian ia dapat dengan mudah mengakhiri hidupnya dengan cara menikamkan pedang ketubuhnya.

Disadarinya, bukan cuma dirinya saja yang sedang terancam ujung tombak kematian, tetapi “rencan keji“ itu sendiri makan balik jadi bencana bagi ayah bundanya dan seluruh keluarga istana (kaisar), junjungan yang merupakan perantara atau karena di dunia, sang Maha Baginda dianggap mewakili para dewa, tentu bagi putri perkara itu bukanlah hal sepele, sebab sangat bertentangan dengan naluri religiusnya terhadap keyakinanya adanya otorisasi khayangan. Tentu perbuatan keji ini akan menjadi bahan jelaan dewa-dewa dan akan lebih para lagi dapat mengundang turunya api kutukan dari langit. Ketakutan ini telah mendorong niatnya untuk lebihmemihak pada kaisar. Ia memohon ampun kepada para penghuni khayangan, dan kakan berkorban apa saja untuk menyelamatkan ayahandanya dan keluarga dari kutukan . yang pastiakan ada yang dapat diperbuatnya kalau itu di nirwana . Bahwa di dalan semua ini Ayahanyala yang menjadi paling utama menciptakan skenario pemberontakan. Putri bertekad keras mencegah rencan orang-orang tak bertangung jawab yang akan meruntuhkan masa dinasti yang telah di teguhkan oleh para dewa, ia harus membatalkan perkawinan yang intinya akan mendasari penyelewengan yang menyesatkan ayahnya ke dalam dosa. Hanya ditangannya saja kini diketaui tergantung kelangsungan negara dan nasib segelintir orang yang dicintainya. Mungkinkah karena ujian sedang menimpa dirinya?

Setelah mempertimbangkan pemecahan persoalannya sedemikian jauh, rupanya ia harus menempuh jalan berduri, persoalan ini ternyata mempunyai jawaban sulit dan pekat, tidak segampang perkiraan sebelumya, pikiran dan akalnya hampir terperas namun hanya kedalam jalan buntu dan membentur dirinya hingga ia berpikir untuk inginkan saja kematian mengakhiri segala-galanya. Tapi itu adalah satu jalan paling bodoh dan memalukan.

Harus melakukan pengorbanan, asalkan pengorbanan itu tidak akan tersia-sia. Disadarinya karena mungkin ia sedang menempuh takdir, dan ia akan menjalankan menuruti kehendak langit.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cerita Rakyat Sangihe: Madunde Dan Pahawo

Pelurusan Sejarah Manado

Tari Mahamba Bantik