Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2008

SEJARAH MUSIK KOLINTANG

Gambar
Kolintang merupakan nama alat musik gong perunggu abad 17 di Sulawesi Utara, Sumatra dan Filipina Selatan yang tersebar melalui perdagangan antar pulau melalui jalur perdagangan sutra. Pusat perdagangan Internasional adalah Ternate dan Tidore sebagai penghasil rempah-rempah pala dan cengkih. Jalur perdagangan selatan dari pantai Timur India pelabuhan Cambaya, Sumatra Utara, Malaka, pantai Utara pulau Jawa lalu ke Ternate Tidore. Jalur perdagangan Utara dari India ke Malaka, Brunei, Filipina selatan, Sulawesi Utara, lalu ke Ternate dan Tidore. Kolintang gong kemungkinan telah tiba di Minahasa melalui Ternate dari kerajaan Majapahit (1350-1389) yang armada pelayarannya sudah sampai dikepulauan Sangihe dan Talaud. Yang sudah tercatat dalam buku negara Kartagama ditulis : ”Uda Makat raya dinikanang sanusa pupul” (1*) mungkin juga dari Cina karena pulau Siauw telah tercatat dalam peta pelayaran Cina di buku ” Shun Feng Hsin Sung” ditulis oleh SHAO (2*) awal abad ke

WARUGA DILIHAT DARI KACA MATA SENI BUDAYA

Oleh : Jessy Wenas Waruga termasuk klasifikasi “ Sarkofagus” (kubur batu) terdiri dari dua kata yang menjadi satu WALE-RUGA (Wale = Rumah;Ruga=Roga=Rega=Hancur) Tempat Jenazah hancur menjadi Tulang belulang. Orang Minahasa mengenal dua kali pemakaman, yang pertama sebelum abad ke-5(lima) jenazah dimakamkan dalam Kotak Petih Kayu disebut “ Walongsong “ diletakan di hutan kemudian tulang belulangnya dicuci di sungai dan dimasukkan dalam Kotak Kayu kecil lalu disimpan di (loteng) rumah. Setelah abad ke-5( lima ) tulang belulang dipindahkan ke dalam bejana tanah liat baker yang berbentuk rahim wanita dan di makamkan kedalam tanah seperti yang ditemukan di wilayah selatan Danau Tondano segitiga Kakas, Langoan,Paso. Sesuai pemikiran Minahasa Purba bahwa manusia lahir dari rahim wanita dan meninggal kembali lagi ke rahim wanita yang dalam bentuk bulat lonjong seperti bentuk rahim wanita yang terbuat dari tanah liat bakar yang disebut “kurek”.... selanjutnya

INSKRIPSI GURATAN GAMBAR BATU PINAWETENGAN - MINAHASA

Oleh : Jessy Wenas I. Batu Pinawetengan menurut Cerita Rakyat Ceritera rakyat mengenai adanya batu Pinawetengan di temukan penulis J.G.F Riedel dari cerita rakyat tombulu yang di cetak dalam bentuk buku berjudul "AASAREN TUAH PUHUHNA NE MAHASA" terbit di tahun 1870 dalam bahasa Tombulu. Lokasi tempat batu Pinawetengan pada mulanya hanya disebut tempat berkumpulnya penduduk Minahasa yang terletak di tengah-tengah Tanah Minahasa. Kemudian disebut tempat Pahawetengan Posan, pembahagian tatacara beribadat agama suku. Lokasinya disebuah tempat yang bernama bukit AWOHAN (AWOAN) di Tompaso. Istilah Watu Pinawetengan pada waktu itu belum ada, karena batu suci tempat upacara PAHAWETENGAN POSAN belum ditemukan karena sudah tertimbun dan masuk ke dalam tanah. Kemudian di tahun 1888 pada bulan Juni J.Alb.T. Schwarz seorang pendeta di Sonder membiayai penggalian batu Suci orang Minahasa tersebut, dan bulan Juli 1888 batu itu di temukan lalu lahirlah istilah "Watu Pinawetengan"

SEJARAH WATU PINAWETENGEN-MINAHASA

Gambar
Minahasa merupakan salah satu bagian dari wilayah Prov. Sulawesi Utara, dimana sebelum dinamakan Minahasa, wilayah ini dikenal dengan nama tanah MALESUNG. Keadaan geografi tanah malesung terdiri dari pegunungan dataran tinggi serta bukit-bukit. Menurut sejarah pada tahun 1428 menunjukan bahwa penduduk tanah Malesung pemukimannya terpencar-pencar dan hidup berkelompok sehingga satu sama lain tidak bisa berkomunikasi terlebih tidak ada saling bantu membantu dalam hidup kebersamaan, hal ini sering terjadi dikala para penduduk ini mempertahankan wilayahnya dari serangan / pengacau yang datang seringkali gagal, demikian halnya pada saat mereka mengolah pertanian atau lebih sering pada saat berburu selalu terjadi pertentangan karena ada penduduk yang telah memasuki wilayah lain sehingga masing-masing saling mempertahankan wilayahnya. Menyadari akan hal ini sering terjadi permasalahan maka oleh leluhur atau para tonaas tanah malesung mencari suatu tempat untuk diadakan pertemuan para pemimp

DEMI KEBUDAYAAN

Kata Sambutan Oleh Benny Jozua Mamoto, Budaya suatu masyarakat – di dalam seni menjadi salah satu lokomotif utama pembentukannya – merupakan penentu kualitas bahkan kadar kebahagian manusia- manusia dalam masyarakat itu . Budayanyalah yang akan menentukan kualitas politik suatu Negara serta daerahnya , sehatnya system demokrasi, tegaknya penegakan hak asasi manusia , kerukunan antargolongan masyarakat , berkembangnya sistem hukum yang lebih benar , adil , tertib dan berkepastian . Demikian halnya dalam bidang ekonomi , sejarah sejumlah bangsa maju telah membuktikan betapa nilai – nilai budayanya telah berperan sangat determinan dalam membangun sumber daya manusianya yang lebih produktif dan inovatif mekipun di tengah keterbatasan sumber daya alamnya . Sedemkian besar dan pentingnya peran kebudayaan , namun sayang sekali sedemikian pula ia sangat sering tak memperoleh perhatian yang memadai . Seni budaya terlalu sering hanya diperlakukan sebagai “ factor tambahan “; factor yang nanti di